Selasa, 10 September 2013

2. SKALA PENGUKURAN

SKALA PENGUKURAN

A.PENGERTIAN SKALA
Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan atau tolak ukur untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada pada alat ukur sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data (Ramli : 2011). 

Pada dasarnya skala pengukuran digunakan untuk mengukur perilaku dan kepribadian seseorang, contohnya:
Skala sikap, moral, karakter dan partisipasi sosial.
Selain itu digunakan untuk mengukur berbagai aspek budaya dan lingkungan sosial, seperti :
mengukur status sosial ekonomi, lembaga sosial, kemasyarakatan, dan kondisi rumah tangga.



B. BENTUK-BENTUK SKALA

1. Skala Likert
adalah ukuran-ukuran berjenjang. Skala penilaian, merupakan skala untuk menilai sesuatu yang pilihannya berjenjang. misalnya 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. Skala likert juga merupakan alat untuk mengukur, mengumpulkan data dengan cara "mengukur-menimbang" yang itemnya dalam bentuk butir-butir pertanyaan berisikan pilihan yang berjenjang.
Skala Likert aslinya untuk mengukur kesetujuan dan ketidaksetujuan seseorang terhadap sesuatu objek, yang jenjangnya bisa tersusun atas :
-Sangat Setuju
-Setuju
-Netral
-Kurang Setuju
-Sama Sekali Tidak Setuju



Dalam skala Likert terdapat dua bentuk pernyataan:
1.Pernyataan Positif =
untuk mengukur sikap positif. skor pernyataan positif dimulai dari 
-1 untuk sangat tidak setuju(STS)
-2 untuk tidak setuju (TS)
-3 untuk ragu-ragu (R)
-4 untuk setuju (S)
-5 untuk sangat setuju (SS)

2.Pernyataan Negativ = 
untuk menukur sikap negativ objek. Skor pernyataan negativ dimulai dari :
-1 untuk sangat setujuu (SS)
-2 untuk setuju (S)
-3 untuk ragu-ragu (R)
-4 untuk tidak setuju (TS)
-5 untuk sangat tidak setuju (STS)

Beberapa menghilangkan option "ragu-ragu" dalam instrumen untuk memudahkan dalam melihat angket yang responden isikan. Skala Likert digunakan untuk mengukur kesetujuan dan ketidaksetujuan seseorang terhadap sesuatu rencana program, pelaksanaan program ataupun tingkat keberhasilan suatu program.

b.1. Prosedur Dalam Membuat Skala Likert 

  1. Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, relevant dengan masalah yang sedang diteliti, dan terdiri dari item yang cukup jelas disukai dan tidak disukai.
  2. Kemudian item-item itu dicoba kepada sekelompok responden yang cukup representatif dari populasi yang ingin diteliti.
  3. Menyusun blue print untuk memandu penyusunan alat ukur seperti indikator yang secara teoritis-logis memberi kontribusi yang lebih besar harus diberikan dengan pertanyaan yang lebih banyak.
  4. Responden diminta untuk mengecek tiap item apakah ia menyenangi (+) atau tidak menyukainya (-). Respon tersebut dikumpulkan dari jawaban yang memberikan indikasi menyenangi diberi skor tertinggi. Tidak ada masalah untuk memberikan angka 5 untuk yang tertinggi dan skor 1 untuk yang terendah atau sebaliknya. yang penting adalah konsistensi dari arah sikap yang diperlihatkan. demikian juga apakah jawaban "setuju" atau "tidak setuju" tersebut yang disenangi, tergantung dari isi pertanyaan dan isi dari item-item yang disusun.
  5. Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masing-masing item dari individu tersebut.
  6. Respon dianalisis untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata batasan antara skor tinggi dan skor rendah dalam skala total. Misalnya, responden pada upper 25% dan lower 25% dianalisis untuk melihat sampai berapa jauh tiap item dalam kelompok ini berbeda. item-item yang tidak menunjukan beda yang nyata, apakah masuk dalam skor tingggii atau rendah juga dibuang untuk mempertahankan konsistensi internal dari pertanaan.
  7. Setelah item diuji coba kepada responden, lalu diuji tingkat validitas dan reabilitas dari item-item tersebut. validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkatan kevalidtan suatu instrumen sedangkan reliabilitas merupakan penilaian, tingkat konsistensi terhadap hasil pengukuran bila dilakukan multiple measurement pada sebuah variabel suatu alat ukur dikatakan reliabel jika alat ukur tidak berubah.
b.2. Kekurangan Skala Likert
  1. Karena ukuran yang digunakan adalah ukuran ordinal, skala Likert hanya dapat mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak dapat membandingkan berapa kali satu individu lebih baik dari individu yang lain.
  2. Kadang total skor dari individu tidak memberikan arti yang jelas, karena banyak pola respon terhadap beberapa item akan memberikan skor yang sama. Adanya kelemahan di atas sebenarnya dapat dipikirkan sebagai error dari respon yang terjadi.
b.3. Kelebihan Skala Likert
  1. Mudah dibuat dan di terapkan.
  2. Terdapat kebebasan dalam memasukan pertanyaan, asalkan sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti.
  3. Jawaban suatu item dapat berupa alternatif, sehingga informasi mengenai item tersebut diperjelas.
  4. Reliabilitas pengukuran bisa diperoleh dengan jumlah item tersebut.
  5. Karena jangka responsi yang lebih besar membuat skala Likert dapat memberikan keterangan yang lebih jelas dan nyata tentang pendapat atau sikap responden entang isi yang dipertanyakan. 
b.4. Contoh Kuisioner yang Dilakukan Kepada Responden
  • Apakah dengan adanya Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) dapat mencapai sasaran dan target RPJMN 2010-2014 ?
  1. Sangat Tidak Setuju
  2. Tidak Setuju
  3. Netral
  4. Setuju
  5. Sangat Setuju
Dapat dirumuskan sejumlah pertanyaan menurut keperluan peneliti tergantung desain peneliti, dan jumlah pertanyaan misalnya 20. Tiap respon diberi nilai misalnya :
Sangat Setuju = 5, seterusnya samapi angka 1 untuk tidak setuju.
Bila jumlah sample 100, maka angka maksimal untuk 1 pertanyaan adalah 5x100=500 dan angka minimal 100xi=100. Skor akhir diperoleh dengan menjumlahkan angka untuk tiap jawaban, karena itu skala Likert disebut summated ratings atau rating yang dijumlahkan. Jumlah atau rating maksimal untuk 20 pertanyaan untuk tiap respon adalah 20x5=100 angka dan minimal 20x1=20 angka. 
Jadi skor berkisar antara 20 sampai 100. Dari jumlah dibedakan taraf atau intensitas tingkat keberhasilan suatu program terhadap sasaran dan target yang telah dicapai. 

2. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas yaitu :
benar-salah, pernah-tidak, ya-tidak. 
Skala ini dapat dibuat dengan bentuk centang maupun pilihan ganda.
Contoh :
  1. Apakah anda setuju bila si A menjadi ketua osis di sekolah ini ?
         a. Ya
         b. Tidak

3. Skala Semantik Diferensial
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap. Tetapi bentuknya tidak pilihan ganda dan tidak centang tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban sangat positif terletak dibagian kanan garis sedangkan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya.

Contoh :
Bagaimana gaya kepemimpinan ketua tingkat anda?
Bersahabat       5 4 3 2 1      Bermusuhan
Tepat waktu     5 4 3 2 1      Tidak tepat waktu
Jujur                 5 4 3 2 1      Berbohong
Cerdas             5 4 3 2 1      Bodoh
Demokratis      5 4 3 2 1      Otoriter


4. Skala Thurstone
adalah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval. setiap butir memiliki kunci skor dan bila disusun, kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama.

Contoh :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai pada angka 1 pada skala diatas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 9 menyatakan sangat relevan (Dahlia : 2011)

Contoh lain :
Saya baru akan memulai aktifitas ketika waktu mendesak
A B C D E F G H I J
peneliti memberikan instruksi terlebih dahulu ke responden bahwa semakin menjurus kehuruf A maka jawabannya akan semakin positif dan semakin ke huruf J maka jawabannya semakin negatif (Samian : 2008)

5. Skala Pengukuran (Rating Scale)
Rating Scale, data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, pernah atau tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala model Rating Scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu Rating Scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain.Yang penting dalam Rating Scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen. Orang tertentu memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka 2.

Contoh :
1. Apakah saudara setuju atau tidak setuju memperluas program ini ke daerah lainnya di Indonesia?
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Cukup Setuju
d. Kurang Setuju
e. Sangat Kurang Setuju

2. Bila di desa ini dibangun fasilitas umum menurut saudara apa yang penting?


No.
Program
Kurang penting





Sangat penting
1
2
3
4
5
6
7
1
Sanitasi







2
Turbin listrik mikro hidro







3
Jalan/tras







4
Sekolah







5
Puskermas











Dalam kasus perbedaan tertentu, gunakan skala penomoran mulai dari 0 atau 1 untuk beberapa penomoran, perhatikan contoh 2 diatas, ada 5 pilihan berseri ingin menggunakan sikap, boleh juga dengan 4 pilihan berseri, yaitu : sangat bagus, bagus, cukup bagus, kurang bagus. Kadang ada juga sampai 10 pilihan berseri, namun kesulitan dalam hal memaknai angka-angka tersebut. Pada umumnya banyak dipakai 5 atau 4 pilihan.



Daftar Pustaka :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar